Keajaiban Salam

Wednesday, June 23, 2010

Keajaiban sentuhan bersalaman

Keajaiban Salam
Oleh : BroHamzah

Saya masih teringat, setiap kali mengendalikan program berbentuk kem di mana-mana sekolah mahupun IPT, pasti ada satu modul Ice Breaking yang akan saya laksanakan. Modul itu saya namakan Budaya 5 S. Objektif modul ini untuk memecahkan gap atau tembok hubungan antara peserta dan mewujudkan suasana pengenalan / taaruf yang ceria dan harmoni.

Budaya 5 S ini merangkumi teknik untuk kita memulakan perkenalan dengan seseorang, bermula dengan SENYUM – SALAM – SOAL – SOPAN – SANTUN, para peserta akan menjalani modul ini dengan penuh sentuhan kasih sayang sesame mereka. Paling menarik perhatian saya ialah teknik bersalam. Sepanjang pengamatan dan pengalaman saya, salam ini sebenarnya ialah mempunyai keajaiban dan keunikan dalam menghangatkan hubungan sesama manusia dan ia mempunyai hubungkait yang rapat antara perasaan dan tindak tanduk luaran manusia.

Salam juga adalah tanda wujudnya perasaan kasih dan cinta dalam sebuah perhubungan manusia. Cinta adalah tiang seri utama kepada perhubungan sesama manusia yang akan mengwujudkan keharmonian. Cinta adalah sesuatu benih yang hidup di dalam hati dan akan muncul di permukaan alam bentuk ekspresi dan perilakuan. Salam dalam Islam bukan sekadar simbol ekspresi perbuatan manusia tetapi ia merupakan ekspresi sebuah ketulusan yang lahir dari perasaan cinta, kasih sayang, doa, harapan, suka cita, motivasi, kecaknaan, keperhatian, penghargaan dan ikatan hati yang suci dalam berbagai bentuk.

Salam merupakan salah satu bentuk pemberian motivasi yang sangat bererti dalam sebuah hubungan agar dapat meningkatkan semangat dalam kehidupan. Baik hubungan kekeluargaan, persahabatan, atau sebagainya.

Malah dalam Islam , ia menjadi suatu keharusan yang syar’i dalam pergaulan seharian mukmin untuk saling membudayakan alam secara positif, efektif dan konsisten.

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a. bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, Apakah Islam yang paling baik itu? Baginda menjawab : Engkau memberi makan dan member (mengucapkan) salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih )

Rasulullah SAW telah mewasiatkan kepada umat Islam untuk memelihara tujuh perkara yaitu; menziarahi orang sakit, mengiringi jenazah, mendoakan orang yang bersin, membantu yang lemah, menolong yang dizalimi, memberi salam, mengabulkan permintaan seseorang (memohon dengan sumpah kepada Allah). (HR. Muttafaqun ‘Alaih)


Imam Ibnu Hibban (w.354 H.) dalam Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala menegaskan bahwa Islam sangat menganjurkan budaya salam pada hubungan sosial secara umum, kerena mengandung hikmah dapat mengikis rasa kebencian, kemarahan dan mencerahkan pergaulan sebagaimana riwayat hadits Nabi saw yang mengatakan bahwa salam merupakan salah satu nama agung Allah yang dihamparkan di muka bumi, maka tebarkanlah salam di antara kalian.

Saya baru membaca sebuah buku tulisan seorang pakar psikologi barat iaitu Dale Carnegie. Dalam sebuah bukunya How to Win Friends and Influence People (1979) mengajarkan bagaimana cara memelihara dan mengeratkan hubungan sosial khususnya ikatan persahabatan di antara dengan saling memberi salam berupa ucapan selamat dan pujian yang ikhlas serta memberikan perhatian-perhatian pada hal-hal kecil yang menarik sahabat atau kenalan kita seperti ketika hari ulang tahun peristiwa pernikahan atau kelahiran dan juga peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam hidupnya seperti hari kejayaan dalam hidup dan sebagainya.

Menghidupkan budaya salam secara kreatif dan inisiatif bagi peribadi yang hajatkan kepada amalan yang soleh akan tumbuh secara sendirinya kerana mereka berkeyakinan bahwa salam merupakan kebiasaan tersebut termasuk sebuah ibadah yang dapat menghantarkan kepada surga sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Hai manusia, sebarkanlah salam, berdermalah makanan, hubungkanlah tali persaudaraan (silaturahim), solat malamlah pada saat orang-orang sedang tidur nyenyak nescaya kamu akan masuk surga dengan selamat. ( HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)


Amalan salam lahir dan hidup sepanjang sejarah hubungan manusia berlangsung sejak zaman Nabi Adam AS. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT telah selesai menciptakan Nabi Adam AS , maka Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam AS. untuk menemui dan memberi salam kepada segolongan malaikat yang sedang duduk menunggu kemudianNabi Adam AS diminta mendengarkan apa yang mereka ucapkan sebagaipenghormatan kepadanya. Salam yang diucapkan para malaikat kepada Nabi Adam as. adalah salam hormat kepadamu dan salam hormat kepada keturunanmu (yang beriman). Maka Adam as berkata: “Assalamu’alaikum” dan mereka menjawab: “Assalamu’alaikum Warahmatullah”. ( HR. Bukhari )


Seni memberi dan menjawab ucapan selamat dalam perlaksanaan salam merupakan salah satu bentuk penyataan secara efektif perasaan serta emosi kita dalam kebiasaan proaktif untuk menarik simpati orang lain dan membina berbagai hubungan sebagaimana ditegaskan Stephen R. Covey dalam The 7 Habits of Highly Efective Families (1999). Bahkan menurutnya sebagai media sinergi untuk mewujudkan sistem keharmonian keluarga perlu dihidupkan budaya kreatif ucapan selamat sebagai kaedah perlaksanaan lima cara meluahkan perasaan cinta iaitu; 1. Perasaan simpati , 2. Berkongsi rasa , 3. Meyakinkan dan motivasi, 4. Berdoa, 5. Berkorban.

Praktikal Salam

Kita boleh mulakannya dalam kehidupan kita. Bertemu dengan siapa sahaja, walaupun tidak pernah kenal, kita boleh mulakan dengan muqadimmah kepada sebuah perkenalan iaitu SENYUMAN. Dengan senyuman kita susuli pula dengan ucapan yang sangat mulia di sisi Allah SWT :

“ Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”

Kemudian, soalan dengan senyuman yang menyenangkan dan memandang wajahnya dengan senang dan tenang.

“ Apa khabar sihat?”
“ Hendak ke mana?”

Ia bermula dengan diri kita.

0 comments:

Post a Comment

Followers

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP